Implementasi Nilai-Nilai Keilmuan dalam Proses Belajar Geologi

 

Ilmu pengetahuan berasal dari kata bahasa Inggris yakni science, yang berasal dari bahasa latin scientia dari bentuk kata kerja scire yang berarti mempelajari, mengetahui. Pertumbuhan selanjutnya pengertian ilmu pengetahuan mengalami perluasan arti sehingga menunjuk pada segenap pengetahuan sistematik. Dalam bahasa Jerman dikenal wissenschaft.

Geologi sendiri adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi, proses yang terjadi, dan hasil dari proses tersebut dalam skala ruang dan waktu. Secara umum ilmu geologi mempelajari dari permukaan bumi hingga inti bumi meskipun sebagian besar pekerjaannya menganalisis permukaan bumi yang terlihat.

The Liang Gie (1987) memberikan pengertian ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional empiris mengenai dunia ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang menjelaskan berbagai gejala yang ingin di mengerti manusia.

Pengetahuan yang dapat dikenali, dapat diterangkan, dapat dilukiskan, dapat diperkirakan, dapat dianalisis, dan dapat diawasi akan menjadi suatu ilmu. Dari definisi ilmu adalah pengetahuan dengan syarat tertentu maka geologi dapat dikatakan sebagai suatu ilmu karena memenuhi syarat tersebut. Penjelasan lebih lanjut adalah sebagai berikut :

  • Dikenali

Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi beserta prosesnya dengan skala tiga dimensi dan waktu. Yang paling banyak dikenali tentu saja adalah proses geologi yang terjadi pada masa kini dan hasil dari proses geologi baik masa lampau maupun sekarang yang dapat di lihat. Proses geologi yang terjadi pada masa kini sebenarnya sama dengan yang terjadi pada masa lalu, yang berbeda hanyalah intensitasnya saja ( The Present is The Key to The Past ). Proses geologi sederhana yang dapat diamati adalah air mengalir di sungai. Air sebagai agen erosi yang utama adalah materi yang paling bertanggung jawab terhadap variasi kenampakan permukaan bumi. Ibaratnya tenaga endogen dari dalam bumi yang membentuk pegunungan sementara erosi yang memahatnya menjadi berbagai bentuk (morfologi) yang berbeda. Proses geologi lainnya yang adalah apa yang kita sebut sebagai bencana. Sebenarnya bencana-bencana tersebut hanyalah istilah terhadap proses geologi yang menyebabkan kerugian bagi manusia, baik harta, jiwa, dan raga. Sebagai contoh adalah gunung meletus (Vulkanisme), tanah longsor (Mass Movement), tsunami, gempa bumi, dan sebagainya. Hasil dari proses geologi masa lampau misalnya adalah keberadaan fosil moluska di puncak Jayawijaya yang membuktikan fakta bahwa lempeng bumi bergerak dan menyebabkan pengangkatan daratan.

  • Diterangkan

Proses alam yang terjadi sebenarnya dapat diterangkan karena apa yang terjadi di alam tidak lain adalah implementasi dari berlakunya hukum fisika pada materi di bumi ini. Sebagai contoh tanah longsor adalah implementasi dari adanya hukum gravitasi. Selain itu proses-proses tersebut bukanlah proses fiksi namun proses ilmiah yang benar-benar terjadi misal terbentuknya sekuen pengendapan pada waktu tertentu akibat sedimentasi material klastik hasil erosi dari batuan asal. Proses pengendapan atau sedimentasi material klastik sangat dipengaruhi oleh energi kinetik yaitu kekuatan agen pengangkut. Sebagai contoh air permukaan sebagai agen yang efektif dalam mengangkut material sedimen akan mengendapkan butir sedimen dengan ukuran tertentu pada tingkat energi tertentu. Pergerakan air menuju equilibrium level pada lautan sebenarnya adalah perubahan dari energi potensial yaitu ketika air berada pada ketinggian yang tinggi di hulu menjadi energi kinetik yaitu arus yang bergerak.

  • Dilukiskan

Proses geologi yang terjadi memiliki cakupan tiga dimensi dan waktu. Salah satu cabang ilmu geologi yang banyak memaki penggambaran morfologi alam adalah geomorfologi. Setiap bentukan alami dapat diklasifikasikan berdasarkan geometrinya maupun genesanya. Sebagai contoh adalah adalah sungai (fluvial). Bagi sebagian orang sungai tidak terlalu menarik dan yang diperhatikan hanyalah bagaimana memanfaatkannya untuk kepentingan manusia secara langsung seperti untuk pengairan maupun transportasi. Namun bagi ahli geologi sungai adalah salah satu morfologi penting yang menyebabkan bentuk permukaan bumi terutama di daratan seperti sekarang. Agen erosi utama adalah air permukaan yaitu sungai. Sebagai agen erosi. Dengan kata lain suatu lukisan bentang alam akan memberikan makna yang berbeda bagi ahli yang berbeda.

  • Diperkirakan

Banyak siklus yang terjadi dalam dunia ini. Yang paling utama dalam geologi adalah siklus batuan. Dimana ada siklus maka disitu dapat diperkirakan apa yang akan terjadi selanjutnya. Perkiraan akan kejadian di masa depan juga tidak harus melihat siklus. The Present is The Key to The Past juga dapat diartikan sebagai The Present is The Key to The Future. Ahli geologi tidak hanya dapat menginterpretasikan kejadian masa lalu yang membentuk keadaan alam sekarang namun juga dapat memperkirakan masa depan berdasarkan kejadian masa kini. Proses geologi akan sama sepanjang masa yang berbeda hanya intensitasnya saja. Sebagai contoh adalah pergeseran tektonik lempeng. Dari arah pergerakan lempeng yang diketahui melalui penelitian kita ahli geologi dapat memperkirakan tatanan lempeng di masa depan. Misalnya Papua yang beberapa puluh juta tahun lagi akan bergerak makin ke utara hingga segaris lintang dengan Taiwan. Hal lain yang bisa diperkirakan adalah kejadian tanah longsor. Lebih tepatnya adalah memperkirakan daerah rawan longsor. Biasanya daerah dengan kontur yang curam akan berpotensi terjadi gerakan massa. Karena itu tidak dianjurkan untuk membangun rumah disebelah bawah lereng. Apalagi jika lereng tersebut adalah bidang sesar. Sesar dapat terjadi sewaktu-waktu terutama saat terjadi gaya yang biasanya terjadi saat ada gempa bumi.

  • Dianalisis

Proses geologi juga dapat dianalis sebgai contoh adalah analisis kekar dan sesar (struktur geologi). Dengan beberapa metode yang ada ahli geologi dapat memperkirakan arah gaya pembentuk kekar dan sesar. Gaya pembentukannya tentu saja terjadi di masa lalu. Selain itu dapat juga dilakukan analisis sifat magma dalam suatu tubuh gunung api berdasarkan komposisi kimia batuan yang terbentuk dari hasil erupsi gunung api tersebut. Analisa geologi tidak terlalu berbeda dengan analisa yang dilakukan oleh ahli lain. Hanya satu hal yang paling membedakan adalah laboratorium utama ahli geologi adalah alam. Lebih tepatnya alam sebagai sumber data. Data-data yang didapat akan dianalisis menggunakan alat-alat yang dibutuhkan yang terdapat di laboratorium. Contoh analisis lain adalah integrasi kondisi geologi yang memungkinkan untuk dibangunnya bangunan tertentu. Cabang ilmu geologi yang membahas tersebut adalah Geologi Pengembangan Wilayah. Bisa dibilang ilmu ini adalah ilmu geologi yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan manusia akan pemahaman terhadap alam dan pengaplikasiannya dalam pembangunan wilayah.

  • Diawasi

Perkembangan ilmu geologi selalu mendapat pengawasan dari pembelajar ilmunya karena setiap saat teori yang ada dapat berubah apabila terdapat bukti yang mendukung. Sebagai contoh adalah teori apungan benua. Pada awalnya banyak ahli geologi yang menolak teori apungan benua. Salah satu alasannya adalah karena pada saat itu Alfred Wegener belum bisa menjelaskan bagaimana mekanisme pergerakan lempeng yang ada. Namun seiring berjalannya perkembangan ilmu dan ditemukannya bukti-bukti yang mendukung pergeseran lempeng, maka banyak ahli yang akhirnya menyetujui teori tersebut. Bahkan sebenarnya teori tektonik lempeng ini masih dapat berkembang selama ada bukti-bukti baru yang dapat memperbaharui pendapat dan teori yang ada.

Ilmu itu sendiri dapat dibagi menjadi ilmu bebas nilai dan ilmu tidak bebas nilai.

Ilmu bebas nilai (value free)

Paradigma ilmu bebas nilai (value free) mengatakan bahwa ilmu itu bersifat otonom yang tidak memiliki keterkaitan sama sekali dengan nilai. Bebas nilai artinya setiap kegiatan ilmiah harus didasarkan pada hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu pengetahuan menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki menentukan ilmu pengetahuan itu sendiri. Penganut paradigma ini menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap nilai-nilai, baik secara ontologis maupun aksiologis. Dalam hal ini, ilmuwan hanyalah menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain untuk mempergunakannya, apakah akan dipergunakan untuk tujuan yang baik atau sebaliknya.

Menurut Josep Situmorang, setidaknya ada 3 faktor yang menjadi indikator bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai:

  1. Ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politis, ideologis, agama, budaya, dan unsur kemasyarakatan lainnya.
  2. Perlunya kebebasan usaha ilmiah, agar otonomi ilmu pengetahuan terjamin. Kebebasan itu menyangkut kemungkinan untuk menentukan diri sendiri.
  3. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis (yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu), karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.

Paradigma ini mengikuti jejak yang dikembangkan oleh Copernicus, Galileo, dan filosof seangkatannya yang netral nilai secara total. Mereka berpendapat bahwa objek ilmu tetap sebagai objek ilmiah yang harus dihadapi sama, baik secara teoritis maupun secara metodologis. Oleh karena itu, ilmuwan tidak boleh membedakan apakah objek yang dihadapi ilmu itu merupakan bahan dari zat-zat kimia atau keseragaman peristiwa alam (uniformity of natural) atau merupakan masalah yang ada hubungannya dengan kemanusiaan. Manusia disamping sebagai subjek peneliti ilmu, juga sebagai objek yang diteliti secara objektif dari luar, tanpa terpengaruh dengan apa yang menjiwainya.

Penganut pendapat ini ada yang lebih ekstrim menyatakan bahwa gejala-gejala kemasyarakatan sama dengan gejala fisika, yaitu sama-sama bersifat alami. Pengertian-pengertian seperti kehendak, rasa, motif, nilai dan jenis merupakan hal-hal yang berada di luar dunia eksakta yang adanya hanya dalam dunia angan-angan yang tidak patut ditinjau dari segi ilmiah.

Bebas nilai sesungguhnya adalah tuntutan yang ditujukan pada ilmu agar keberadaannya dikembangkan dengan tidak memperhatikan nilai-nilai lain di luar ilmu itu sendiri, artinya tuntutan dasar agar ilmu dikembangkan hanya demi ilmu itu sendiri tanpa pertimbangan politik, agama maupun moral. Jadi, ilmu harus dikembangkan hanya semata-mata berdasarkan pertimbangan ilmiah murni. Agaknya, inilah yang menjadi patokan sekularisme yang bebas nilai.

Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas bisa jadi dibenarkan untuk kepentingan ilmu itu sendiri, seperti juga ekpresi seni yang menonjolkan pornografi dan pornoaksi adalah sesuatu yang wajar karena ekspresi tersebut semata-mata untuk seni. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut tetapi ilmu-ilmu yang bebas nilai demi tujuan untuk ilmu itu sendiri barangkali menganggap kepentingan-kepentingan ekologis tersebut bisa menghambat ilmu. Contoh lain misalnya, dulu sebelum ditemukan teknologi sinar laser demi mempelajari anatomi tubuh manusia, maka menguliti mayat manusia dan mengambil dagingnya hingga tinggal tulang-tulangnya diperbolehkan dalam ilmu.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa penganut paradigma value free berpendirian bahwa ilmu tidak terikat oleh nilai, baik dalam proses penemuannya maupun proses penerapannya karena petimbangan-pertimbangan moral atau nilai hanya menghambat pertumbuhan dan perkembangan ilmu.

 

Ilmu tidak bebas nilai (value bound)

Paradigma ilmu yang tidak bebas nilai (value bound) memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Pengembangan ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai, kepentingan-kepentingan baik politis, ekonomis, sosial, religius, ekologis, dan sebagainya.

Filosof yang menganut teori value bound adalah Habermas. Dia berpendirian bahwa teori sebagai produk ilmiah tidak pernah bebas nilai, dan semua ilmu bahkan ilmu alam sekalipun tidaklah mungkin bebas nilai karena dalam pengembangan setiap ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan teknis.

Dalam pandangan Habermas bahwa ilmu sendiri dikonstruksi untuk kepentingan-kepentingan tertentu yakni nilai relasional antara manusia dan alam seperti ilmu pengetahuan alam, manusia dan manusia seperti ilmu sosial, dan nilai penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya ilmu saja terkait dengan nilai, maka ilmu itu sendiri tidak mungkin bekerja lepas dari nilai. Penganut value bound ini bahkan ada yang mengatakan bahwa nilai adalah ruhnya ilmu. Jadi, ilmu tanpa nilai diibaratakan seperti tubuh tanpa ruh (mati) yang berarti tidak berguna.

Geologi sebagai sebuah ilmu lebih condong ke ilmu yang bebas nilai karena yang diamati adalah peristiwa alam secara murni. Akan tetapi kegunaan ilmu geologi secara ekonomis tentunya akan sangat berhubungan dengan manusia. Dan yang harus diketahui adalah sesungguhnya alam ini terdiri dari berbagai sistem yang saling mempengaruhi. Selama ini kita tahu bahwa keberadaan manusia sangat mempengaruhi kondisi alam. Dan bisa dibilang apa yang dilakukan manusia seringkali bertentangan dengan kehendak alam untuk mencapai keseimbangan.

Sebagai contoh adalah pembukaan lahan tambang yang terdapat pada daerah hutan lindung. Disatu sisi hutan lindung harus dilindungi untuk menjaga kelestarian ekosistem. Namun disisi lain manusia juga membutuhkan bahan tambang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena itulah ahli geologi seringkali berlawanan dengan orang kehutanan maupun pecinta lingkungan karena ahli geologi mendorong terjadinya eksplorasi. Pada akhirnya harus disadari bahwa manusia akan selalu membutuhkan bahan tambang. Mungkin terdapat opsi untuk melakukan penambangan dengan standar tertentu untuk meminimalisir kerusakan lingkungan misal dengan komitmen reboisasi setelah penambangan. Namun itu semua membutuhkan dana besar dan butuh komitmen bersama antara pemerintah dengan perusahaan tambang.

Nilai kebudayaan lokal mayoritas mendukung kelestarian lingkungan. Sehingga kontradiksi antara dua hal tersebut harus dimusyawarahkan hingga mencapai mufakat.

Kesimpulan yang dapat diambil adalah walaupun ilmu pengetahuan terutama geologi adalah murni hasil dari logika pemikiran dan fakta data lapangan, ahli geologi tetap tidak bisa mengesampingkan nilai-nilai masyarakat terutama dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam. Tentunya sebagai ahli yang bekerja di lapangan sesungguhnya tugasnya adalah mencari data dan fakta lapangan untuk disajikan dan dijadikan pertimbangan bagi para pengambil keputusan. Pada akhirnya apabila terdapat ketidaksesuaian antara keputusan yang diambil dengan nilai yang berlaku maka ahli geologi tidak bertanggung jawab terhadap hal tersebut selama ahli geologi sudah memberikan data yang valid dan sudah memberikan rekomendasi.

 

Daftar Pustaka:

http://www.rangkumanmakalah.com/ilmu-pengetahuan-dan-nilai/

https://rumahfilsafat.com/2009/06/11/hubungan-pengetahuan-dan-nilai/

http://www.kompasiana.com/haidarfikri/perkembangan-ilmu-pengetahuan-terikat-nilai-atau-bebas-nilai_552fa5266ea8342c0a8b456c

http://www.balairungpress.com/2012/03/peran-pancasila-dalam-pengembangan-ilmu-pengetahuan-di-indonesia/

https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/23/etika-keilmuan-2/

http://info-bejo.blogspot.co.id/2014/03/filsafat-ilmu-nilai-nilai-ilmu.html